Blog ini merupakan kumpulan warta jemaat yang diterbitkan pada GPdI Immanuel Rerer-satu beserta berita-berita yang terkait dalam perjalanan pelayanan dari GPdI Immanuel Rerer-satu. Semoga dapat menjadi berkat buat banyak orang.

Ringkasan Khotbah ~ Sikap hidup Yefta

Pengkhotbah: Pdp. Vickny Wulus
Minggu, 21 Januari 2018

Yefta memerintah sebagai hakim atas orang Israel enam tahun lamanya. Kemudian matilah Yefta, orang Gilead itu, lalu dikuburkan di sebuah kota di daerah Gilead.
Hakim-hakim 12:7

Sebelum para raja-raja memerintah, terdapat hakim-hakim yang memerintah atas bangsa/suku Israel. Salah satu hakim yang diutus oleh Tuhan untuk memimpin/memerintah bangsa Israel ialah Yefta. Yefta adalah seorang hakim yang dipakai oleh Tuhan selama 6 tahun menjadi pemimpin/hakim di Israel. Mengapa Yefta begitu dipakai Tuhan? Padahal Yefta hanyalah seorang anak dari perempuan sundal dalam kata lain Yefta bukanlah orang yang diperhitungkan dalam golongan masyarakat. Berikut ini kita akan membahas/melihat bagaimana Yefta bisa dipakai Tuhan dan sukses sebagai Hakim.

1) Yefta adalah pribadi yang rendah hati. Ketika para Tua-tua Gilead yang telah mengusir Yefta kembali datang kepada Yefta, dan mengajaknya untuk berperang sebagai pemimpin pasukan Yefta tetap melakukan hal tersebut, orang percaya harus menjadi orang yang rendah hati, karena Tuhan membenci orang yang tinggi hati (Yak. 4:6).

2) Yang menjadi kunci keberhasilan Yefta yang kedua adalah Yefta membawa  semua perkaranya kepada Tuhan (Hak. 11:11b), dalam segala hal. Sehingga dia bisa menjadi hakim yang sukses. Sebagai orang percaya haruslah kita memiliki sikap sama seperti Yefta yakni mengandalkan Tuhan karena dalam Yeremia 17:7 berkata "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!". Oleh karena itu andalkan Tuhan.

3) Ketika Yefta ada dimedan perang, Yefta membuat sebuah nasar dimana ketika Tuhan memenangkan peperangan tersebut. DIa berjanji siapapun yang keluar dari pintu rumahnya adalah miliki Tuhan, dan ketika Yefta pulang keluarlah anak gadis Yefta dan ia mempersembahkan anak tersebut kepada Tuhan. Yefta mau bayar harga, orang yang percaya kepada Tuhan harus mau membayar harga. Menjadi orang yang mau membayar harga menunjukan sikap sebagai orang yang setia.

Milikilah setiap sikap dari Yefta ini, sehingga sebagai orang yang percaya kepada Tuhan kita bisa menjadi pribadi yang sukses, orang sempurna, dan bisa memperoleh keselamatan / kerajaan sorga. (Rhe.P)

~ Pengkhotbah: Pdt. Marlon Sofian Makaluas
(KP4 dari Sulawesi Barat)
di Ibadah Raya - Minggu, 07 Januari 2018
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Postingan Populer

Spotify

Recent Posts