Minggu, 14 Mei 2017
Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya
Engkaulah Allah. (Mazmur 90:1-2)
Mazmur ini merupakan doa Musa. Pada bagian pertama dalam doa ini Musa memperkenalkan hakekat dari Tuhan, yaitu Tuhan itu kekal, sedangkan manusia tidak kekal. Pada ayat yang pertama dikatakan "Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun" kalimat ini melambangkan Tuhan itu ada dari generasi ke generasi. Tuhan yang kita sembah saat ini adalah Allah dari nenek moyang kita, Abraham Ishak dan Yakub, bukan Agama yang dibawah oleh Belanda. Bahkan Tuhan yang kita sembah adalah perteduhan turun-temurun, Tuhan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan dan tetap ada setelah dunia ini sudah tidak ada lagi. Itulah sifat kekelan dari Tuhan.
Sedangkan Manusia sifatnya tidak kekal. Umur manusia begitu singkat (ay. 4), manusia terbatas dikuasai oleh waktu. Bahkan hidup manusia dikatakan hanya seperti mimpi, sangat singkat. Di ayat berikutnya dikatakan seperti rumput yang berkembang dipagi hari kemudian lisut dan layu di malam hari. Dan banyak orang hidup dengan kondisi keluh kesah karena dunia ini tidak enak.
Tapi bersyukur karena kita punya Tuhan yang kekal. Oleh karena itu hitunglah hari-hari kehidupan kita supaya kita memperoleh hati yang bijaksana (ay. 12). Bagaimana cara mendapatkan hati yang bijaksana. Pertama dipagi hari kita harus kenyang dengan Firman Tuhan, kenyang dengan urapan yang baru, supaya kita dapat melewati hari itu dengan bersorak-sorai, bersukacita. Berdoa harus sampai mendapatkan sesuatu dari Tuhan, agar sepanjang hari kita dapat bersukacita dan tidak banyak pengeluhan, tidak ada yang tidak bisa dan tidak mungkin untuk kita lakukan selama kita punya tekat. Kedua, harus seimbang (Maz. 90:15), Tuhan mempunyai prinsip keseimbangan yang sudah dinyatakan mulai kejadian pasal 1. Namun terkadang kita hidup tidak seimbang, lebih banyak kerja dari pada berdoa, lebih banyak bermain dari pada beribadah, lebih banyak makanan jasmani dari pada makanan rohani.
Kita hidup hanya dengan kemurahan Tuhan, ada kemurahan Tuhan dalam situasi hidup kita yang pendek ini. Oleh karena itu tetaplah percaya pada Tuhan, berbuat sesuatu untuk Tuhan karena ada saatnya kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Iman yang kita miliki bukanlah iman warisan, ataupun iman karena pilihan kita, tapi ini semua karena kemurahan Tuhan. (Sher.S/dr)
~ Pengkhotbah: Pdt. Denny Trianto STh. (dari Salatiga)
di Ibadah Raya - Minggu, 14 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar